Melacak Jejak Rawa Karang Kemuning di Era Adikarto

oleh -968 Dilihat
oleh

Dalam buku ‘Vorstenlanden’ disebutkan bahwa pada tahun 1813 Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ariyo Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Sungai Progo.

Lemah palungguh itu, berada di sepanjang pantai selatan, sebelah utara Pasir Urut Sewu, yang sebagian besar masih berupa rawa-rawa, yang dikenal dengan nama Karang Kemuning (Gambar 1).

Maka Atas perintah Sri Paduka Paku Alam V kepada bupati R. Rio Wasadirdjo, agar mengusahakan pengeringan rawa, kemudian dijadikan tanah persawahan yang sangat subur. Tanah itulah yang kemudian terus berkembang menjadi wilayah yang makmur.

Daerah yang sungguh-sungguh elok, Adi (Linuwih) dan Karta (Subur), oleh karena itu maka Sri Paduka Paku Alam V selanjutnya berkenan menggantikan nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada tahun 1877 dengan ibukota di Bendungan. Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1903 ibukota Kadipaten Adikarta berpindah ke Wates.

Diduga, pada waktu itu belum ada escavator atau alat berat lainnya, dan juga belum menggunakan pompa air untuk mengeringkan rawa. Pengeringan dilakukan secara manual, oleh penduduk sekitarnya sebagai bentuk pengabdian kepada raja. Kondisi medan dan kedalaman rawa diduga juga berbeda, sehingga pengeringan diduga dilakukan melalui beberapa fase, tergantung kedalaman rawa dan aksesibilitas terutama jarak dari kampung pada waktu itu.

Fase Awal.

Pada fase awal ini pengeringan diduga dilakukan pada rawa-rawa yang relatif dangkal dan dekat dengan perkampungan. Jejak hasil pengeringan fase awal ini umumnya dijumpai di bagian utara dengan pola dan bentuk sawah cenderung teratur (Gambar 1).

Fase Akhir.

Pengeringan fase akhir ini diduga dilakukan pada rawa-rawa yang agak dalam bahkan dalam, baik dekat atau jauh dari perkampungan. Jejak hasil pengeringan fase akhir ini dijumpai terutama di bagian timur dan selatan dengan pola relative tidak teratur, tergantung kondisi kedalaman rawa pada waktu itu (Gambar 3).

(Tulisan ini diolah dari berbagai sumber)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.