Pedukuhan Jombokan adalah wilayah di Desa Tawangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Pedukuhan kecil yang sejatinya, menyimpan sejarah panjang. Setidaknya, secara resmi, setua Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat yang dibungun oleh Pangeran Mangkubumi pada setelah Palihan Nagari tahun 1755.
Sebelum mengecil menjadi hanya sebuah nama dusun, Jombokan merupakan kelurahan yang cukup kondanng di bawah Kawedanan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo yang beribu kota di Sentolo kala itu. Orang tua-tua kita dulu menyebut dan berkata “kita ini masih wilayah Kasultanan.”
Seperti semua paham, sebelum menjadi Kabupaten Kulon Progo, di wilayah sebelah barat Kali Progo ada dua kabupaten: Kulon Progo yang dikendalikan Kasultanan dan Adikarto yang diperintah oleh Kadipaten Pakualaman. Dan, Pedukuhan Jombokan saat itu, tunduk pada aturan Kasultanan Ngayogyokarta.
Wilayah desa Jombokan meliputi Jombokan, mBanaran, Karang, Soronanggan, Bujidan, Ngepakan. nDukuh, Pundung, dan Siluwok. Juga tanah Persawahan sebagai tanah desa yaitu Bulak atau Persawahan Wetan Ngentak yang lebih akrab orang menyebut sawah Tan Ngentak.
Untuk mendukung aktivitas sosial, ekonomi, dan religiusitas masyarakatan sebuah desa, maka pemerintah kala itu yaitu Kasultanan memberikan fasilitas pendukung sosial dan religius berupa pasar yaitu Pasar Jombokan dan Masjid yang berdiri atas tanah Kraton.
Inilah masjid tertua yang ada di wilayah Jombokan dan Tawangsari sebelum muncul masjid dan musholla yang bertebaran saat ini.
Baru pada awal tahun 1980-an baru ada dua tempat ibadah umum bagi Warga Tawangsari yaitu Masjid Al Istiqomah Jombokan dan Musholla di Dusun Garang. Kala itu belum banyak tempat ibadah Muslim seperti saat sekarang ini.
Sebagai warga Jombokan tentunya bisa merasakan aktivis di dua tempat strategis ini yaitu Pasar Jombokan dan Masjid Al Istiqomah Jombokan. Dua tempat inilah yang mempengaruhi pola berpikir masyarakat yaitu harus bisa memanfaatkan pasar secara ekonomi dan harus sadar akan tetap menjalankan syariat agama Islam seperti yang di ajarkan melalui masjid.
Nama Jombokan sendiri berasal dari nama besar seorang Empu Pembuat Keris bernama Kiai dan Nyai Jombok atau Kiai Nyai Kerto Jombok. Sehingga nama wilayah ini menjadi Jombokan. Mengenai cerita dan mitos yang berkembang dan diceritakan secara lisan dan turun temurun, akan kita tulis dalam bab-bab berikutnya.(stmj)
Baru tahu sekarang…