Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, menggelar hajat dalem tingalan jumenengan. Berbagai upacara sakral akan berlangsung hingga memuncak pada 17 April 2018, saat dilangsungkan labuhan di Gunung Merapi dan Gunung Lawu.
Prosesi ritual akan dimulai besok dengan acara Ngebluk. Namun tadi pagi, sudah digelar hajad dalem Yasa Peksi Burak. Inilah upacara yang menandai peringatan Isra’ Mi’raj yang jatuh pada 27 Rejeb Tahun Jawi.
Yasa Peksi Burak adalah membuat semacam tiruan burung burak, yang diyakini sebagai kendaraan saat Kanjeng Nabi Muhammad melakukan perjalanan spiritual dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Setelah Yasa Peksi Burok, hajad dalem Tingalan Jumenengan dibuka dengan ritual ngebluk. Ini merupakan tahap awal, ketika Permaisuri, para putri, dibantu abdi dalem keparak membuat adonan apem. Ngebluk yang berasal dari bunyi bluk itu, dbuat di Bangsal Sekar Kedhaton, dua hari sebeum 29 Rejeb, sebagai hari peringatan jumenengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Bersamaan dengan ritual Ngebluk, Abdi Dalem Keparak juga mengumpulkan bunga sesaji yang sudah mengering dari Gedhong Proboyekso. Bunga kering atau disebut layon sekar merupakan ubarampe yang akan ikut dilabuh.
Sehari setelah Ngebluk, pada 14 April 2018, akan digelar Ngapem. Adonan yang sudah dibuat saat Ngebluk, segera dicetak menjadi apem. Ada dua jenis apem yang dibuat yakni, apem biasa serta apem mustoko yang berukuran besar untuk ditumpuk setinggi raja.
Selanjutnya, pada Minggu, 15 April 2018, akan digelar upacara sakral Sugengan. Semua persiapan labuhan dilakukan pada saat ini. Lalu, keesokan harinya, hajad dalem labuhan digelar di Parangkusumo. Dan, puncak rangkaian Hajad Dalem Tingalan Jumenengan, terjadi saat digelar Labuhan di Gunung Merapi dan Gunung Lawu, 17 April 2018. (mg)