Ki Ageng Pemanahan-5: Awalnya adalah Babad Alas Mentaok

oleh -311 Dilihat
oleh

Peluang mendapat tahan perdikan, diyakini sebagai peluang besar oleh trio Pemanahan, Juru Mertani, dan Pajawi. Mereka ditalikan darah Selo selain oleh garis politik yang sama.

Ki Juru Mertani yang tak lain adalah kakak ipar Pemanahan, mendesaknya untuk ikut sayembara yang digelar Hadiwijaya. Maka, berbekal strategi Juru Mertani, mereka berangkat perang di tepian Bengawan Sore. Pemanahan, Panjawi, dan Danang Sutawijaya, putra Pemanahan sekaligus anak angkat Sultan Hadiwjaya.

Dalam catatan sejarah maupun legenda yang menyebar di tengah masyarakat, pembunuh Arya Penangsang adalah Danang Sutawijaya. Namun lagi-lagi kecerdikan Ki Juru Mertani mengubah kisah kemenangan itu, di depan Sultan Pajang.

Ki Juru yang kelak menjadi patih yang mendampingi Sultan Mataram dalam kurun waktu lama, amat yakin, jika yang disebut Sutawijaya sebagai pembunuh Penayangsang, hadiah tanah perdikan tidak akan diberikan. Jadilah, Juru Mertani, menggeser cerita kemenangan menjadi milik Pemanahan dan Pajawi.

Kisah yang telah dipelintir Ki Ageng Juru Mertani itulah, yang mampu memaksa Sultan Hadiwijaya menepati janji memberi hadiah Pati untuk Ki Ageng Panjawi. Sementara tanah Mataram yang semestinya diserahkan pada Pemanahan, masih terus ditunda.

Itu, akibat ramalan para sepuh, termasuk Sunan Giri Prapen, bahwa dari Hutan Menthaok, kebesaran Pajang akan digantikan. Hadiwijaya tidak rela, kerajaannya surut kalah pamor dengan Mataram; tanah keramat yang tahun 929 pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno.

Baru setelah dibujuk Kanjeng Sunan Kalijaga, dengan janji Pemanahan setia pada Pajang, tanah Mataram resmi diberikan. Tahun 1556, keluarga besar Ki Ageng Pemanahan boyongan, memulai kerja besar; babat alas Menthaok.(bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.