Kembang Lampir-6: Jadi Rujukan Penggayuh Tahta

oleh -391 Dilihat
oleh

Mendengar kisah Pak Pur, saya terpesona. Sambil menarik nafas panjanng kemudian, membuangkan perlahan, saya melihat kembali ke atas. Ke tempat pertapaan. Ke Pacak Suci yang terlindung rindang pohon. Ke bangsal utama yang terkunci.

Ke tempat keramat itulah, para peziarah mengalir tiada henti. Seolah tiada henti pula, Kembang Lampir menjadi rujukan bagi siapa saja yang tengah berburu pulung keberuntungan – dalam soal nggayuh tahta.

Memasuki Kembang Lampir, suasana sakral memang sudah langsung menyeruak. Komplek ini, terlihat membentuk angka Sembilan, sebagai personifikasi sekaligus penghormatan kepada Sri Sultan Hamengku Buwana IX, yang membangun pertapaan ini.

Saya tiba-tiba, seperti diminta kembali melihat ke atas. Ke area pertapaan, ke bangunan induk sebagai bangsal utama serta dua bangsal lain yang terlihat agung. Itulah Prabayaksa yang menjadi tujuan para peziarah.

Di sana pula, segala kegiatan spiritual dipusatkan. Mereka yang datang, bahkan dari kejauhan Bang Lampir, membawa cita-cita; ingin dilancarkan rejekinya, naik pangkat, mendapat jodoh, atau mereka yang sudah jemu dengan kehidupan dan ingin menyepi.

Sebagai tempat yang dianggap suci, tentulah tidak sembarangan orang boleh menjamah. Tempat-tempat utama Bang Lampir memiliki aturan yang ketat. Peziarah hanya diperkenankan masuk, dengan niat bersih, membawa sesaji lengkap.

Di bangunan induk, dua pusaka Mataram tersempan. Keduanya sama-sama sangat dihormati yakni Wuwung Gubug Mataram dan Songsong Ageng Tunggul Naga. Dua pusaka keramat itu, seolah menjadi sumber inspirasi abadi. Selalu terjaga, bagai ditunggui para pendiri Mataram; Ki Ageng Pemanahan, Panembahan Senapati, serta Ki Juru Mertani yang patung-patungnya, menjaga kompleks pertapaan tersebut.(bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.