Pertemuan antara Kantor Perwakilan Daerah (Kaperda) Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) dengan Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP), berlangsung hangat, di kantor Kaperda DIY, JL Diponegoro 52, Menteng, Jakarta Pusaat, kemarin, 15 Mei 2018.
Berlangsung dari pukul 12.30 – 15.30 WIB, para pengurus Bakor PKP yang hadir antara lain Ketua I Bakor PKP, Sukardi, Sekretaris Umum Bakor PKP, Agus Triantara, Bidang Pembinaan Organisasi Bakor PKP, Rohmad Akhiri, Bidang Seni dan Budaya, Sukirman. Sedangkan Kaperda diwakili oleh Kasi Hubungan Antar Lembaga, Ermi Kuswandari. Seperti diketahui, Erni Kuswandari juga masuk jajaran pengurus Bakor PKP di bidang Humas.
“Acara ini merupakan tindak lanjut dari salah satu kesepakatan rapat pembubaran panitia gelar citra budaya Yogyakarta 2018, pada 10 Mei lalu. Untuk persiapan Rakor Bakor PKP setelah Idul Fitri, perlu dilakukan pertemuan-pertemuan kecil yang diikuti oleh pengurus bidang. Semakin banyak dilakukan kopi darat semacam ini, semakin baik. Karena disamping dapat mengakrabkan lantar pengurus baru, sangat penting untuk menggali aspirasi,” kata Sekretaris Umum (Sekum) Bakor PKP, Agus Triantara.
Memang, tambah Agus Tri, tidak ada kesepakatan resmi, pada pertemuan itu. Tapi muncul beberapa aspirasi dan informasi yang tergali. Misalnya saja, hajatan Kaperda DIY yang akan menggelar sosialisasi RPJMD Provinsi DIY, 14 Juli nanti. “Kaperda berharap dari Bakor PKP dapat menghadirkan personal, terutama generasi muda. Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul menjadi prioritas pembangunan daerah mengingat masih banyak kantong kemiskinan. Kaperda sangat berharap KPDJ bisa ikut sosialisasi ini, karena KPDJ didominasi anak-anak muda,” jelasnya.
Meski tidak ada kesepakatan resmi, menurut Ketua I Bakor PKP, Sukardi, ada Komitmen Menteng I yang dibuat secara informal. Kenapa Menteng 1? “Utk menuju keberhasilan, kita harus membuat bangunan komitmen. Dan, mulai hari ini, di tempat yang bersejarah dan eksklusif ini, Bakor PKP mulai membilang komitmen. Komitmen Menteng 1, 2, 3 dan seterusnya,” jelas Sukardi.
Disepakati bahwa Pengurus Bakor PKP juga akan mengadakan diskusi rutin bulanan di kantor Kaperda DIY Menteng. Diskusi dimaksud adalah diskusi kebijkan. “Sehingga dengan demikian, bila ibu kepala mengizinkan, Bakor PKP akan memiliki dua tempat diskusi. Di Menteng tempat diskusi kebijakan, dan di SMP Sudirman diskusi teknis,” tambah Ketua I Bakor PKP.
Lebih lanjut, Sekum Bakor PKP, Agus Tri, menegaskan bahwa rancangan utama organisasi Bakor PKP bergerak di dua ranah, yaitu ranah kebijakan dan ramah kegiatan. “Dalam ranah kebijakan, akan menghimpun SDM-SMD perantau KP yang memiliki kompetensi, memiliki posisi, dan peduli terhadap kemajuan pembangunan KP. Para ahli ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di berbagai bidang, seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Termasuk di dalamnya yg ahli di bidang infrastruktur,” ungkapnya.
Pemikiran-pemikiran itu, tambah Agus Triantara, digodog secara matang, selanjutnya dirumuskan dalam narasi akademik sebagai rekomendasi pembangunan. Rekeomendasi itu yang nantinya diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. “Oleh karenanya para perantau yang memiliki kerinduan pada kampung halaman, punya kompetensi, posisi baik di jajaran birokrasi maupun swasta, dan ingin berbuat sesuatu untuk kemajuan daerah, diharapkan dapat ikut terlibat. Mari kita rumuskan bersama, konsep-konsep pembangunan apa yang tepat,” papar Agus Tri.
Saat berdisuksi informal dengan pejabat daerah di Wates, pada gelaran Nyadran Agung lalu, Ketua Umum Bakor PKP, diharapkan dapat menyampaikan rekomendasi, awal Oktober. Dengan begitu, dapat dibahas lebih lanjut oleh Pemda dan steakholder terkait. Jika rekomendasi tersebut dipandang layak dan strategis, tentu akan disetujui oleh Pemda dan masuk dalam rencana pembangunan dan penganggaran daerah.
“Lalu siapa yang akan melaksanakan kegiatan tersebut, tentu tergantung desain kegiatan. Bisa oleh lembaga pemerintah, kelembagaan masyarakat atau swasta atau kolaborasi. Yang pasti bukan Bakor PKP,” tegas Sekum Bakor PKP, Agus Triantara.
Sementara itu, ranah kedua yang disasar Bakor PKP adalah ranah kegiatan yang fokusya, hanya dilakukan di Jakarta. Aktivitasnya berupa rapat-rapat, menghadiri undangan dari Kaperda DIY dan paguyuban daerah lain. Juga, serta menyelenggarakan kegiatan seni budaya.
Tujuan utama kegiatan Bakor PKP, Tegas Agus Tri, adalah ngumpulke balung pisah. Hanya itu. Maka orientasinya hanya pada kegiatan yang dapat menarik kehadiran dan membahagiakan warga perantau. Memperkokoh semangat kebersamaan dan melestarikan budaya silaturahmi. Seni budaya adalah kegiatan yang paling ideal.
“Kegiatan yang berpotensi merusak silaturahmi seperti kegiatan berbau politik, misi agama, dan bisnis, harus dihindari. Dampak positif adanya event-event kolosal seperti wayangan dan kethoprak di TMII, bagi kemajuan UMKM, justru menjadi tujuan. Karena kegiatan tersebut dapat mendorong dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kataya.
Pada kesempatan pertemuan informal Kaperda DIY dan Bakor PKP, Sekum Agus Tri juga menjelaskan secara umum, grand disain gerakan SESABA Kulon Progo (GSKP) yang telah digagasnya sejak tahun 1988. Artinya sampai hari ini, gagasan tersebut telah berusia 30 tahun.
Semangat GSKP, sebagai sebuah konsep pemikiran, jelas Sekum, telah menginspirasi lahirnya pengajian Ahad pagi di Gedung Kaca Wates. Pertama kali digelar pada hari Ahad, 21 Desember 1991. Konsep pengajian Ahad pagi yang dimulai tepat pada pukul 06.00-07.00 WIB itu, menghadirkan penceramah dari ragam latar belakang (Muhammadiyah, NU intelektual, birokrat, budayawan).
Pengajian ini, telah menjadi model dan diadopsi serta menginspirasi lahirnya pengajian Ahad pagi di Darul Umum Brosot pada tahun yang sama. Juga di pesantren Al Manar Pengasih, dan banyak tempat di Kulon Progo. Disamping sebagai pusat pengembangan kualitas SDM, pengajian diharapkan dapat mendukung geliat ekonomi masyarakat.
Bakor PKP yang lahir pada tanggal 26 April 2003 dan Nyadran Agung yang juga lahir pada tahun yang sama, adalah perwujudan semngat GSKP ini. Kemudian berkembang munculnya event seni budaya di Jakarta yang diselenggarakan setiap tahun, khususnya HUT Bakor PKP. HUT Bakor PKP dirancang sebagai karpet merah bagi seniman daerah.
Sekum juga menyinggung konsep barunya yang dalam waktu dekat akan masuk fase bedah konsep. Nantinya, konsep ini diharapkan menjadi rekomendasi perdana Bakor PKP periode 2018-2023. Konsep itu adalah Desa Pintar Desa Belajar.
Gagasan ini merupakan rekomendasi atau hasil Seminar Guru Kulon Progo Songsong MEA 2016, yang diselenggarakan di Wisma PPSJ, Pengasih, 26 Desember 2015. Pada pertengahan 2016, konsep ini bahkan sempat dibedah di kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Tanah Datar, Sumatera Barat. Hadir dalam diskusi tersebu Ketua Ninik Mamak/Bundo Kanduang dan Ketua Karapatan Adat Nagari (sekaligus sebagai ass bupati) Tanah Datar.
Konsep desa pintar desa belajar (DPDB) dikemas sebagai pusat wisata budaya kebangsaan yang diharapkan basis kegiatannya didukung dan dilaksanakan di 12 kecamatan. “Ibu Riwut Mujirahayu yang menjadi Asdep di Kementrian Pariwisata sekaligus salah satu dewan pembina Bakor PKP, menurut Mas Sutrisno dari koordinator bidan kajian dan rekomendasi, telah mengizinkan bila Bakor PKP ingin diskusi di kantornya,” kata Agus.(kib)