Kamasutra Jawa: Istri Sejati Penurun Wiji Utami

oleh -53 Dilihat
oleh

Memilih wanita terbaik merupakan cara mudah terhindar dari penjara hidup. Sebab, wanita yang tidak baik hanya akan memberi neraka dalam pernikahan. Begitupun sebaliknya, pilih pria yang utama untuk membawa ke suwarga.

Wanita yang baik biasaya dicirikan dengan sebutan dana ing tepa. Dia mampu menjauhkan diri dari hasrat menyakiti. Seorang istri yang terbaik buat suami, memiliki sifat-sifat sama, bedha, dana, denda. Kata sama, berarti merasa sama, memiliki rasa sayang pada sesama mahkluk.

Kata bedha, berarti tidak sama,  mengutamakan pertimbangan sebagai wujud kearifan. Sedang yang dimaksud dana adalah memberi imbalan. Sifat pemurah dalam memberi kepada sesama.  Sementara itu, makna kata dendha, adalah hukum.  Maksudnya memiliki sifat teliti dalam menentukan sesuatu sehingga tepat memilih mana yang baik dan yang buruk.

Orang  Jawa mengibaratkan seorang wanita adalah sawah  tempat benih ditanam. Jadi, memang harus sawah terbaik. Sifat-sfat itu, akan semakin lengkap jika ia juga  memiliki kepekaan terhadap guna, busana, baksana, dan sasana.

Guna adalah kemampuan menjadi isrti yang mengetahui tugas dan wewenang sebagai pasangan. Kata busana mensyaratkan seorang wanita yang peka terhadap penampilan. Sedang sasana, bermakna mampu mengurus rumah sehingga menyenangkan.

Kesempurnaan seorang wanita dalam konsep Jawa adalah dia yang memiliki karkater  sawanda, saeka praya, dan sajiwa. Kata Sawanda mengandung makna serupa, sebangun, atau sewarna. Filosofinya, seorang wanita bersedia menyatu tubuh dengan cara saling memahami, menjaga suaminya sama seperti menjaga dirinya sendiri.

Saeka praya secara harafiah berarti dapat menyatukan kehendak dengan kehendak suaminya yang tujuannya demi kebaikan. Inilah yang mewajibkan seorang istri cakap  merasakan kehendak sang suami, layaknya kehendak dirinya sendiri. Sajiwa, kurang lebih sama yang berarti sehati. Maksudnya adalah sikap istri terhadap suami sama seperti terhadap diri sendiri.

Tugas istru sejati, sebagai penurun wiji utama, tentu sudah harus dimulai. Ia awali dengan berjani pada diri sendiri untuk menjaga kesetiaan. Selanjutnya, lakukan tiga langkah penguatan jiwa; gemi (hemat), nastiti (cermat), ngati-ati (hati-hati).

Setelah konsep gemi, nestiti, ngati-ati, pencapaian istri sejati menjadi paripurna dengan melandasi diri dengan tegen (tidak mengecawakan) rigen (trampil), mugen (meyakinkan), rukti yang berarti bermanfaat, rumanti alias merata.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.