Bangsa Jawa juga banyak menulis ramalan tentang tanda-tanda perubahan zaman. Paling tidak, dalam Jangka Jayabaya tertulis saat sekarang ini, bumi sedang memasuki siklus ketiga dalam Tri Takali; Kali Swara, Kali Yoga, Kali Sangara.
Era awal kehidupan, dalam ramalan ini, disebut sebagai Kali Swara. Lamanya 700 tahun perjalanan matahari setara dengan 721 tahun bulan. Kala itu, sudah lewat. Kini, sisa-sisanya hanya terdengar dalam cerita tutur para leluhur di mana Tanah Jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger, halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib.
Setelah berusia 721 tahun, siklus kedua dimulai. Inilah yang disebut zaman Kali Yoga. Bumi sedang dalam pancaroba. Bumi mengalami gonjang-ganjing, mengakibatkan pulau kecil-kecil terpecah. Kehidupan jungkir-balik, banyak makhluk yang
salah jalan.
Perjalanan zaman Kali Yoga memang membuat manusia seperti terpecah-belah. Inilah yang akan menjadi penanda masuknya zaman akhir, siklus ketika bernama Kali Sangara. Usia siklus ini 700 tahun. Di sinilah banyak terjadi hujan salah musim.
Secara khusus, Ramalan Jayabaya menghadirkan tanda-tanda zaman yang sedang menapaki usia tua. Oleh sementara kalangan, tanda-tanda zaman itu, dianggap cocok dengan fenomena kehidupan yang sedang terjadi saat ini.
Setidaknya ada 200 lebih pertanda datangnya perubahan masa. Yang paling mudah diingat adalah kalimat, “Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.” Terjemahannya, besok jika sudah ada kereta yang tidak ditarik oleh kuda. Dan, itulah yang terjadi saat ini, berseliwerannya kendaraan.
Para orangtua juga fasih mengucapkan kalimat ini sebagai tanda-tanda akhir zaman, “Prahu mlaku ning duwur awang-awang.” Maksudnya, jika sudah terjadi perahu berjalan tidak di air tapi di udara. Nah, bukankah saat ini juga telah terjadi, adanya pesawat terbang, bahkan yang memiliki super kecematan tinggi. Wong wadhon nganggo pakain lanang; kini, sudah tidak asing lagi seorang perempuan mengenakan pakaian laki-laki.(bersambung)