Sebelum bertemu Ki Buyut dari perdikan Banyubiru, Tingkir juga sowan pada Ki Ageng Butuh dan Ki Ageng Ngerang, yang dari tubuhnya mengalir pula darah Majapahit. Mereka member suntikan asa sekaligus mengabarkan tentang masa depannya sebagai raja besar.
Bertemu dengan Ki Buyut Banyubiru, bagi Joko Tingkir, tak ubahnya scenario semesta yang menyempurnakan bekal ilmunya, sebelum menaiki anak tangga karir berikutnya. Kepada Ki Buyut yang keramat inilah, ia berguru dan diberi warisan pusaka Timang Kiai Bajulgiring; sebuah ikat pinggang lengkap dengan timang bermata buaya.
Babad Pengging menuturkan, Timang Kiai Bajulgiling digubah Ki Ageng Banyubiru lewat ritual penuh aroma mistik. Timang ditempa dari biji baja asli yang konon dicungkil dari magma Gunung Merapi. Lahar mendidih yang hanya bisa diambil lewat kekuatan batin seorang pertapa sakti itu, dibentuk menjadi dua pusaka. Sebuah keris luk tujuh dan timang bermata buaya.
Keris langka itu, kemudian dikenal sebagai Kiai Jalakpupon. Sedang timang bermata buaya dengan kepala menantang meski mulut terkatup, disebut Kiai Bajulgiling. Dua pusaka itulah yang menjadi bekal Joko Tingkir kembali ke Demak, memasuki fase karir yang lebih tinggi pasca dipejat sebagai Lurah Tamtama.
Tidak hanya bekal dua pusaka, perjalanan karir Tingkir, sejak Dari Banyubiru, juga sudah membawa sangu cerita legendaries lain, saat ia naik getek, menakhlukkan raja buaya hingga ia mengarungi Bengawan Sore diantar 40 ekor buaya. Para tetua mengisahkan episode Joko Tingkir dan 40 buaya, dalam narasi yang memikat sehingga menjadi cerita yang abadi. Tingkir digambarkan dikawal kawanan buaya takhlukannya itu, bagai raja sakti yang menaiki rakut bambu dengan 40 buaya sebagai pasukannya.
Dan, begitu sampai di kotaraja Demak, Tingkir kembali menorehkan kisah yang tak kalah legendaries, saat menunjukkan lembu liar yang mengamuk di alun-alun istana. Ia mampu melenyapkan memala itu, karena sesungguhnya telinga si lembu memang sengaja disusupi tanah kuburan yang sudah ia bawa. Inilah siasat Ki Buyut Banyubiru, agar Tingkir kembali dipercaya Kanjeng Sultan Trenggana.
Berhasil. Tingkir yang usai merampugkan para gawe menyingkirkan lembu gila, dipanggil ke istana. Karirnya terus memanjat langit. Puncaknya saat ia menikah dengan sekar kedaton, putri Trenggana yang membuatnya ditunjuk menjadi Raja Pajang.(*)