Sleman KABARNO.com : Pemerintah Daerah DIY melalui Dinas Kesehatan DIY dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Kalurahan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DPMKKPS) DIY meluncurkan Program Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas Demam Berdarah Dengue (DBD).
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya pada kick off program mengungkapkan DIY termasuk daerah yang masih menghadapi tantangan serius dalam pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk khususnya DBD. Iklim tropis yang lembap dan hangat, menjadi ladang subur bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Untuk itu, program yang menggabungkan pelatihan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik), pemberdayaan masyarakat, dan edukasi preventif penyakit DBD bukan hanya penting, tetapi mutlak.
“Keterlibatan aktif masyarakat, khususnya para kader jumantik, menjadi ujung tombak dalam mengelola lingkungan rumah dan sekitarnya agar bebas dari jentik dan nyamuk penyebab penyakit,” kata Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya saat peluncuran Program Bebas Nyamuk Keluarga Sehat dan Bebas DBD di Royal Ambarrukmo Hotel, Senin, (19/5/2025).
Sri Sultan menuturkan, Program Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD ini membawa semangat kolaboratif, tidak hanya antar sektor pemerintahan dan swasta. Integrated Vector Management, yaitu kombinasi metode tradisional dan inovatif, jelas dibutuhkan dengan disesuaikan konteks lokal. Contoh implementasinya, yakni pendekatan berbasis komunitas dan pengelolaan sumber larva harus disesuaikan dengan tantangan geografis dan budaya setempat.
“Implementasi di DIY, upaya pencegahan penyakit dilakukan dengan pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), menciptakan lingkungan yang sehat, serta mengedukasi dan meningkatkan literasi kesehatan masyarakat,” kata Sri Sultan.
Terkhusus Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), upaya-upaya telah dilaksanakan oleh masyarakat dengan penguatan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik); Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik; dan melalui Gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang bekas, serta Melindungi tubuh dari gigitan nyamuk dengan penggunaan lotion anti nyamuk).
“Upaya tersebut diharapkan tidak hanya mengatasi masalah DBD, tetapi juga Chikungunya, Filariasis/penyakit kaki gajah, dan juga penyakit Malaria,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie menuturkan, tahun 2024 menunjukkan bahwa kasus DBD di kab/kota DIY meningkat cukup tajam dengan incident rate 107 atau 1.067 kasus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan per Maret 2025, tercatat terdapat 1.135 kasus DBD di DIY dengan tingkat kematian sekitar 0,1 persen. Meski terbilang rendah, angka tersebut tetap menjadi peringatan serius.
“Nyamuk memang harus diberantas, tapi yang paling penting adalah perilaku bersih dan sehat. Penyakit DBD seperti kita ketahui dapat dicegah dengan peningkatan daya tahan tubuh, pemberantasan sarang nyamuk, dan melindungi tubuh dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti dengan salah satu cara, yaitu menggunakan lotion anti nyamuk,” kata Pembajun. (Wur)










