Dino Kemis Wage suasana kekes, adem, anyep, nyenyet. Ngancik mongso kawulo utowo wisaka, memang banyak yang harus dibenahi. Apalagi di tahun Dal dengan Wukul Bala, saat yang tepat untuk merenung.
Suasana alam semesta yang serba wingit, seperti direspon oleh para pendekar Njombokarto dengan membatasi ucapan. Lebih banyak diam, mengunci lathi. Itu, yang salah satunya membuat Cakruk selama berhari-hari kehilangan gairah.
Sudah begitu, duka dan perkabungan datang silih-berganti. Tapi mestinya, seperti pesan Ki Mbero, setiap kedukaan harus menjadi spirit untuk kembali pada sesanti diri, ingat kepada Tuhan, Gusti Allah kang Moho Suci.
Memang. Mumpung pas Malem Jemuah Kliwon, sebaiknya kita mempersiapkan diri. Siram jamas, bersesuci, membersihkan kekotoran lahir-batin dari tubuh dan hati. Apalagi sudah sejak awal dua pekan lalu, Ki Mbero ngawe-awe untuk maneges lan manekung.
“Wah lali nek dino iki Sloso Kliwon,” kata Ki Mbero getun karena lupa bahwa Sloso Kliwon lalu, harusnya mulai mempersiapkan diri bersemadi. Saat itu, tokoh sakti ini, lupa semadi saking kepincut fenomena super blood moon.
Tapi ia tidak terlalu bingung, karena lupa semadi di Sloso Kliwon dapat disaur di Jemuah Kliwon, nanti malam. Sudah pasti, sebentar lagi, Ki Mbero muncul membawa ajakan untuk tidak banyak berdebat, tidak banyak adu sakti. Ajak untuk masuk sanggar pamujan, menyatu dengan kegelapan, melakukan ritual sujud khusuk. Ngeningke cipto, heneng lan hening.
Baiklah. Srengenge wes gingsir, manglung mangulon. Sebentar lagi, hari berganti. Mari bersiap diri, sebelum Ki Mbero meto-meto melihat kita semua tidak bergegas siram jamas, bersesuci menyambut Jemuah Kliwon.(kib)