Isuk-isuk Cakruk wes ubruk. Jalarane kalimat tembakan Densus yang sepertinya tak mengena betul di ulu hati Ki Mbero. Begini katanya, “Pokoke bintang utamane Mbahro…No Mbahro no Party.” Tapi ya dasar Ki Mbero sakti tanpo aji, serangan dadakan itu sama sekali melencong. Ia tetap mengkotbahkan ide-idenya.
“Ana sing takon mergo nggo rame2…”
“Ana Sing takon ning karo ngece…”
Dua kalimat itu adalah lanjutan dari kalimat-kalimat panjang sebelumnya, yang semestinya tidak penting-penting amat. Nah, yang paling penting kejadian setelah itu. Densus yang anyel ‘tembakannya’ tak tepat sasaran, mulai memainkan jurus ngewot.
“Ana adine kiaine nJenar…” Nah sudah. Ini plesetan maut gaya Cakruk Online yang isinya crito karo ubruk.
“Ana ne Bu Al…” Akhirnya, yang terjadi seperti biasaa, dol-tinuku serangan terjadi. Ki Mbero juga sudah ambil ancang-ancang.
“Densus lekas adol dagangan,” katanya dengan sigap menyiapkan diri. Ia tahu belaka, pertempuran akan menyangkut dirinya. Apalagi, di belakang dia ada Denpur yang sering disebut sebagai putro murid kinasihe Ki Mbero.
“Ana ana bae…” ucap Denpur menggerendeng sambil uwak-uwik tidak jelas apa yang diuwak-uwikan.
“Anane pak Toni, neng Puskesmas…Garongan.” Wah, ini benar-benar akan sumpyuh. Densus tidak hanya menembak satu sasaran, apalagi menyebut-nyebut nama Garongan yang keramat, pasti akan memancing muncul satu lagi tokoh misterius yang sering sulit dipahami.
“Denpur ngisruh ben kanggo. Ben ketok nek main. Koyo Materazzi. Ben ketok nek main ngisruh Zinade,” loh, Ki Mbero malah melempar bumerang buat dirinya sendiri. Ia tidak tahu, Denpur yang ia kinasihi itu bisa sangat berbahaya.
“Manas-manasi tokoh utama ben nesu yo Mbah,” timpal Densus yang sejatinya, mowo wiso. Ia hanya mesam-mesem, karena tahu skandal asmara berdarah antara Denpur dengan bopo gurunya yo kuwi Ki Mbero. Skandal merebut hati salah satu Ana yang sejak tadi disebut-sebut Densus.
Benar. Setidaknya ada tiga Ana yang disebut, satu yang senior satu generasi sama Ki Mbero, dua Ana berikutnya satu generasi dengan Denpur. La repotnya, tidak berani menyasar yang satu generasi, Ki Mberi melu-melu ambil bagian unjuk hati pada Ana-ana yang jadi buruan Denpur.
Ya dasarnya bopo karo murid, selera jatuh cintanya juga mirip-mirip. Apalagi, semua yang namanya Ana di Jombokarto itu pancen ayu. Tidak salah, Denpur berani melawan bopo guru yang dikurmatinya. Benar-benar Asmara Berdarah Tiga Ana.(*)