Ideologi Selamatkan Indonesia dari MEA
Secara ideologis Indonesia mampu menghadapi era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Sejarah membuktikan para pahlawan bangsa Indonesia mampu mengusir penjajah bangsa asing dengan semangat merdeka atau mati. Bambu runcing melawan persenjataan modern, lasykar rakyat berhadapan dengan organisasi militer, tetapi semangat mampu mengalahkan semuanya.
Saat ini bangsa Indonesia menghadapi “binatang buas” yang bernama MEA, secara teknologi Indonesia banyak mengalami ketertinggalan. Rekayasa genetika Indonesia tertinggal dengan bangsa lain, bahkan dari Vietnam yang baru merdeka dari penjajahan bangsa asing. Indonesia tertinggal dalam banyak hal sehingga satu-satunya kekuatan yang akan mampu menghadapi era itu hanyalah semangat juang seperti yang diwariskan para pendahulu bangsa ketika merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah.
Ideologi menjadi satu-satunya cara yang akan menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan menghadapi pasar bebas di kawasan. Ideologi saja yang akan mampu mempertahankan bangsa Indonesia dari ketertinggalan. Tinggal ideologi, milik bangsa Indonesia yang dapat menjadi andalan menghadapi era persaingan. Kekuatan yang tersisa inilah yang harus dikelola secara maksimal untuk mampu keluar dari permasalahan yang menghadang.
Untuk menyelamatkan bangsa Indonesia kekuatan ideologis harus masuk ke semua bidang kehidupan. Bukan saja semangat untuk mempertahankan bangsa Indonesia, melainkan strategi dan aksi nyata harus menjadi satu kesatuan tak terpisahkan. Mulai dari cara berpikir yang ideologis, cara bertindak dan mengambil sikap semua harus berdasarkan satu keyakinan berdasarkan kekuatan dan nilai yang sama. Bangsa Indonesia menghadapi musuh yang berbeda dengan zaman penjajahan dulu sehingga membutuhkan strategi yang juga berlainan.
Bangsa Indonesia ke depan menghadapi serbuan produk barang dan jasa, untuk itu masukkan ideologi dalam produk barang dan jasa. Memasukkan ideologi dalam produk barang dan jasa menjadi keharusan agar mampu bersaing di pasar bersama. Sebab kalau tidak ada intervensi ideologi, produk barang dan jasa bangsa Indonesia tertinggal jauh sehingga akan kalah bersaing dari segi manapun juga. Kualitas produk, kemasan, penampilan dan harga tidak sebanding dengan produk dari luar negeri.
Terlebih sebagian besar bangsa Indonesia masih silau terhadap semua yang berbau asing, semua barang yang dibeli dari luar negeri mendapat nilai baik. Padahal tidak sedikit produk lokal yang dikemas di luar negeri, dijual di luar negeri, dibeli dan dibawa kembali dengan merek internasional. Produk yang dikerjakan di dalam negeri, tenaga kerja dalam negeri dan bahan dalam negeri hasilnya sama. Akan tetapi penilaiannya berbeda, mental yang serba luar negeri ini merugikan produk dalam negeri.
Ideologi harus masuk untuk memperkuat produk barang dan jasa dalam negeri, melalui gerakan mencintai produk dalam negeri. Menggunakan produk dalam negeri dan membeli produk dalam negeri. Semua itu akan menggerakkan ekonomi dalam negeri, memberikan keuntungan kepada produksi dalam negeri. Memberikan lapangan pekerjaan kepada bangsa sendiri dan akhirnya memberikan keuntungan kepada bangsa dan negara Republik Indonesia. (bersambung)