Bupati Kulon Progo dr H Hasto Wardoyo, SpOG mendedikasikan diri untuk mengurangi kemiskinan. Menanggulangi kemiskinan hanya mengandalkan cara konvensional membutuhkan waktu sangat lama.
Dokter yang terbiasa mendiagnosa sumber penyakit sebelum mengobati penyakitnya, kemiskinan dalam pandangannya sebagai penyakit masyarakat. Untuk itu perlu diagnosa tepat guna mengetahui sumber pokok kemiskinan yang ada di masyarakatnya.
Untuk mengentaskan kemiskinan di Kulon Progo satu yang perlu dilakukan sesuai profesinya, mendeteksi penyebab kemiskinan yang mendera masyarakat. Selama ini digebyah uyah, tidak ada diagnosa sehingga cara penanganannya tidak membuahkan hasil maksimal.
Orang miskin perlu diagnosa tepat sebelum menentukan obat mujarab yang akan menyelesaikan. Tidak semua orang miskin membutuhkan bantuan langsung, ada yang karena ketiadaan akses kepada modal sehingga perlu pemberdayaan.
Untuk itu perlu cara jitu guna mengatasi kemiskinan sehingga ketemu program pemberdayaan berbasis keluarga sehingga sedikit saja sentuhan berupa dukungan akses mereka mampu membangun dirinya.
Inisiatif prorakyat yang dicetuskan “Bela dan Beli Kulon Progo”, “One Village One Sister Company”.
Bela dan Beli Kulon Progo merupakan semboyan untuk mengajak masyarakat membangun perekonomian Kulon Progo dengan mengutamakan produk sendiri ketimbang produk asing.
Dukungan masyarakat terhadap produk lokal diharapkan mampu menghadapi persaingan ASEAN Free Trade Area (AFTA) di tahun 2015 mendatang. Bupati menerangkan, ideologinya adalah beli dan bela produk sendiri. “Tahun 2015 nanti kita akan digelontori barang-barang impor. Celakanya, orang miskin kalau dikasih barang murah akan konsumtif, bukan produktif. Artinya, mental kita tidak siap. Ini sangat berbahaya. Makanya, kami gerakkan bela dan beli Kulon Progo,” tukasnya.
Dalam upaya memerangi produk impor ini, Pemda Kulon Progo telah bergerak dengan memproduksi air mineral sendiri dan tidak membiarkan rakyatnya memakan beras impor. Pemda Kulon Progo juga sudah mulai mempromosikan batik geblek renteng yang menjadi ciri khas Kulon Progo dan sudah mendapat order 2,000 ton beras lewat sosialisasi yang telah dilakukan pihak pemda dengan Bulog untuk penyediaan beras miskin (raskin).
“Sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan. Karena berasnya tidak ada, sedang orang miskinnya ada, kenapa tidak beli dari daerah. Beras raskin yang disediakan per tahun itu 125.000 ton per tahun untuk Kulon Progo, tapi yang dimakan 45.000. Jadi kita sosialisasikan untuk mensuply sendiri kebutuhan beras di Kulon Progo.” (bersambung)