Pemkab bekerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Yayasan Damandiri. Gapoktan kita hidupkan untuk mengganti beras miskin (raskin) yang selama ini didbagikan kepada masyarakat.
Setelah itu kita tidak mau pakai beras miskin lagi dari impor itu kemudian kita ganti dengan beras daerah (rasda). Karena Kabupaten Kulon Progo itu berasnya surplus, masak kita menerima beras dari Vietnam, Thaiand maupun beras impor lainnya.
Untuk itu kami gabungkan Gapoktan dengan Posdaya, kita produksi beras sendiri dan MU dengan Bulog dan Bulog harus menerima berasnya rakyat miskin dari petani miskin. Karena masyarakat selama ini sering mengeluh, pak Bupati , ini kok saya dapat rasmuk (beras remuk) karena ternyata beras miskin dari Bulog itu berasnya remuk.
Masih ada juga masyarakat yang mengeluh , pak Bupati, kok saya dapat beras sekalian lauknya, apa itu rastu (beras berkutu). Hal-hal seperti ini kita hilangkan dengan beras dari Gapoktan sendiri.
Selain itu kita juga minta kepada Bulog agar tulisan raskin di lebel karung itu diganti Rasada (beras daerah). Permintaan itu dikabulkan, namun karena itu aturan dari pusat maka dibalik karung itu masih ada tulisan raskin.
Lalu, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kulon Progo selama ini rugi terus karena programnya carity. Masa hanya memberikan air bersih untuk minum harus minum air produk asing? Padahal kita bisa bikin air bersih sendiri. Dari situ akhirnya PDAM bersama kelompok miskin membuat air sendiri yang diberi nama “ Airku” ( air kulonprogo).
Masyarakat miskin itu boros. Ada kelompok penderes pohon kelapa dan itu miskin semua. Tetapi anehnya penyadap pohon kelapa itu membawa HP dan sambil hola-halo-hola-halo di atas pohon kelapa. Saat ditanya kenapa berbuat seperti itu? Dijawab, ini pak Bupati, kalau di bawah tidak ada sinyalnya.(bersambung)