Home / DWIDJO / Api Cinta (57): Kotoran Udang Dioleskan di Atas Bibir Agar Kumisnya Lebat

Api Cinta (57): Kotoran Udang Dioleskan di Atas Bibir Agar Kumisnya Lebat

Paidi bermimpi. Aneh Paidi bermimpi menjalani kehidupan yang belum pernah dialami. Kehidupan yang entah mengapa datang begitu saja, datang tiba-tiba saja.

Seperti Mirah yang hilang entah kemana. Perasaan dan pikira Paidi beradu, bercampur aduk menjadi satu. Ada rasa sedih yang disusul gembira. Ada perasaan nelangsa, nestapa dan pilu namun kembali muncul kegembiraan. Bersamaam dengan itu muncul juga harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Paidi mimpi basah. Demikian orang-orang menyebutkan memberi kiasan. Memang benar-benar basah.  Paidi seperti ngompol, tapi bukan ngompol. Tidak ada bau pesing, juga hanya sedikit. Sangat berbeda dengan kebiasaan ngompol seperti pernah dialami dulu. Kali ini mimpi ngompolnya sangat berbeda, ada rasa aneh yang memberi nuansa baru.

Kata teman-temannya kalau sudah pernah bermimpi basah, itu pertanda anak-anak mulai memasuki masa remaja.  Tidak lagi seperti anak-anak, juga belum dewasa. Melainkan masa pertengahan, masa remaja yang memiliki tanda-tanda khusus setiap orang.  Anak lelaki biasanya mulai tumbuh kumis dan bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya.

Paidi menjalani hari-harinya makin bersemangat. Perubahan-perubahan muncul dalam dirinya, baik yang tersembunyi maupun yang tidak dapat disembunyikan. Semuanya muncul ke permukaan tanpa dikomando. Ada yang diinginkan, banyak yang tidak diinginkan. Namun Paidi atau siapapun tidak akan mampu untuk menolak kehadirannya.

Suaranya yang parau, kumis tipis dan jakun mulai menampakkan diri. Bandannya mulai berisi, tinggi makin menjulang. Kakinya yang kekar mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, bahkan sampai ke mana-mana. Dadanya yang bidang, tetap saja halus tanpa ditumbuhi bulu-bulu. Jampang di kedua pipunya juga rata saja, tidak tumbuh bulu lebat seperti Gathut Kaca atau Bima ayahnya.

Paidi mulai suka mengamati dirinya dibalik kaca, mematut-matut rambutnya yang lebat lurus. Berusaha menutupi jidadnya yang memang lengar. Tetap saja tampak dahi dan kening yang lebar meski potongan rambutnya dipajangkan agar menjuntai sampai ke alis. Kumis tipis yang mulai mrabung, sengaja dibiarkan agar tampak lebat. Sesekali tai udang dioleskan tepat di atas bibir tempat tumbuh kumis. Hal itu dilakukan semata-mata agar kumis tampak nyata.

Bukannya jampang dan kumis langsung tumbuh lebat seperti dikehendaki. Satu yang langsung terasa akibatnya, amis bau udang menyengat sampai menjelang pagi ketika masuk sekolah. Teman-teman di kelas akan merasa terganggu dengan bau anyir yang dibawanya. Bukan hanya itu bahkan ketika jam istirahat siang, sembari nongkrong di halaman belakang sekolah, atau di kantin atau di perpustakaan akan dijauhi teman-temannya.

Ada kebanggan tersendiri. Ada perasaan yang meletup-letup dari dalam dada. Ada perasaan gembira. Saat yang sama Paidi menjadi galau, memikirkan berbagai soal yang membelit.  Paidi mulai berangkat remaja, meski baru seperti remaja. Belum benar-benar remaja. Semua itu menjadikan diri semakin percaya dengan penampilannya. Tidak terlalu lama lagi Paidi akan menjadi seorang laki-laki dewasa. Lelaki yang gagah, perkasa dan berwibawa.

Kebersamaannya dengan Mirah sempat membanggakan juga. Meski sebatas kebanggaan anak yang baru berangkat remaja. Ada rasa berbunga-bunga, entah apa. Ketika berdua, berjalan beriringan ada kebanggaan. Ketika berboncengan menggunakan sepeda ada juga kegembiraan. Saat yang sama ketika tiba-tiba Mirah tidak ada kabar beritanya, muncul rasa kehilangan. Suasana nglangut menggelayut di seluruh perjalanan hidupnya.(bersambung)

About redaksi

Check Also

Saber Budaya Menoreh Kedah Mbangun Pariwisata Kulonprogo

Yogyakarta, Kabarno.com Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) melalui Dinas Pariwisata Provinsi, memyambut baik …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *