Rupanya ada cinta lokasi saat taaruf awal yang dilanjutkan dengan perkenalan mendalam di luar kampus. Pertemuan dua insan dapat berlangsung sangat cepat, terkadang membekas di sanubari dan menumbuhkan benih-benih cinta.
Mahasiswa baru yang belum banyak mengenal dunia kampus, biasanya menurut saja apapun yang diperintahkan senioritas.
“Selamat ya,”
“Selamat kamu ya,”
“Paidi kamu hebat ya,”
“Paidi kamu sukses ya,”
“Selamat atas perjuanganmu,”
“Selamat dan sukses untuk tugasmu,”
“Selamat kamu berhasil melaksanakan tugas,”
“Selamat dan sukses atas kerja keras kalian bertiga,”
“Selamat dan sukses atas kerja jurnalistikmu,”
“Selamat dan sukses atas pekerjaanmu,”
“Selamat dan sukses teruskan,”
“Selamat bung,”
“Selamat…,”
“Bravo,”
Masih banyak ucapan yang dialamatkan kepadanya. Majalah dinding penuh dengan ungkapan penghargaan atas laporan mahasiswa di Koran Pagi. Redaksi Koran Kampus yang ternyata anggota dewan redaksi Koran Pagi membawanya serta ke penerbitan harian. Tulisan bersambung di Harian Pagi dengan tambahan sub judul, baca juga di Koran Kampus edisi akhir bulan. Kajiannya lebih seru dan menantang.
Banyak apresiasi, sebanyak cacian yang pernah ditujukan kepadanya dulu. Banyak yang dulu mengejek dan mengolok-olok sekarang berbalik menghargai karya jurnalistik. Sebuah tulisan yang mendalam tentang kehidupan malam di Simpang Lima. Ciblek yang menjadi fenomena di masyarakat urban metropolitan. Masyarakat penyangga kota yang menjadi korban dan ketidakberdayaan menghadapi perubahan zaman.
Paidi bangga, karibnya juga lega. Kribo dan Maria menjabat erat tangan pertanda penghargaan yang tulus dan ikhlas. Maria lebih-lebih, karena sumpah serapah atas tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Padahal belum melakukan tabayyun atas kejadian yang sesungguhnya. Dalam hati Maria malu, namun tahu posisi sahabatnya akan memaafkan.
Pernyataan maaf sudah disampaikan dan ditindaklanjuti dengan karya bersama, membantu wawancara dengan berbagai kalangan di kompleks pelacuran. Paidi mengakui sendiri bantuan mereka berdua sangat bermanfaat.
Fenomena Ciblek dan Kemiskinan Kota. Judul tulisan bersambung Koran Pagi yang terbit di dengan teras besar. Koran Pagi menjadi menu wajib bagi pegawai pemerintah. Para pembuat kebijakan menjadikannya sebagai rujukan. Koran berpengaruh yang menjadi kebanggaan masyarakat kota. Akibatnya banyak menjadi bahan diskusi di berbagai kalangan, dari pejabat pemerintahan hingga ke warung kopi.
Semua menjadikannya sebagai bahan perbincangan selama berhari-hari. Paidi, penulisnya menjadi terkenal di kalangan mahasiswa. Juga di kalangan pembaca surat kabar pagi. Radio Kampus bahkan membahas dalam wacana khusus, menghadirkan beberapa narasumber. Tidak tertinggal penulisnya, Paidi. Bedah editorial bahkan menjadikan bahan perbincangan sehingga makin mengundang interaksi pembaca. (bersambung)