Dalu meniko, malem Kamis, 12 Juni 2019, dalang misyuwur Ki Seno Nugroho, bade mbabar lakon Parto Kromo wonten ing Lapangan Nganjir, Dusun Nganjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulon Progo.
Ki Seno diundang warga Nganjir yang mengadakan Syawalan sekaligus Reuni SMPN 2 Wates angkatan tahun 1984 dan Reuni SMAN 1 Wates angkatan tahun 1987. Juga syukuran atas cetak ulang buku biografi berjudul Nami Kulo Sumarjono.
Pergelaran wayang kulit semalam suntuk ini, memang menjadi ajang yang serba istimewa bagi masyarakat Nganjir. Selain baru pertama kali nanggap Ki Seno, warga Nganjir juga sedang giat mengembangkan sejumlah potensi wisata lokal. Sehingga, momentum ini sekaligus untuk mengundang pelancong mengeksplor Nganjir.
Tentang pengembangan potensi lokal, juga menjadi perhatian khusus Sumarjono yang dalam biografinya menyinggung ide-ide yang bisa digarap warga Nganjir. Sebagai pria asli Nganjir, Om Jono adalah salah satu saksi hidup perjalanan Dusun Nganjir dari era awal 70an hingga memasuki awal 90an.
Maka wayangan ini, sekaligus menjadi momentum memperkenalkan secara lebih luas nama Nganjir yang kaya wisata, termasuk wisata budaya yang masih serba orisinil. Apalagi, Ki Seno Nugroho memang dalang populer yang sedang menjadi idola baru, sehingga penampilannya bisa mengundang ribuan pecinta wayang untuk datang ke Nganjir.
Seperti diketahui, di tlatah Jogjakarta, Seno adalah dalang muda yang favorit. Di antara banyak anak dalang, namanya melesat meninggalkan dalang-dalang muda generasi kedua misalnya putra-putra Ki Hadi Sugito atau Ki Timbul Hadiprayitno.
Saat ini, Seno pun mampu membangun namanya secara nasional. Tanggapannya juga termasuk yang paling banyak, karena nyaris setiap bulan lebih dari 15 kali ia manggung di berbagai daerah. Nama Seno juga tenar bagi pecinta wayang di ibukota Jakarta yang memiliki penggemar wayang fanatik.
Seperti diketahui, Ki Seno adalah putra dalang kondang, Ki Suparman yang popularitasnya berada dalam satu masa dengan ketenaran Hadi Sugito atau Timbul Hadiprayitno meski jika urusan usia, mereka tidak bisa disebut satu generasi.
Kemampuan Ki Seno meramu pakeliran, yang kadang tidak selalu ta’at pada pakem, membuatnya digemari. Lalu, kelucuannya (salah satunya keberanian menghadirkan sinden dan pelawak-pelawak untuk berbagi panggung) menjadi salah satu kunci kesuksesan. Jadi tidak heran jika pada fase limbukan, segala komedi bisa ditemukan. Juga ketika wayangan sudah masuk goro-goro.
Nonton Ki Seno, memang serba mendebarkan. Selalu ada kejutan yang tak terduga dalam setiap pertunjukannya. Terakhir, ia mengejutkan penonton wayang dengan memboyong puluhan sinden dalam satu pertunjukan.
Keberanian Ki Seno menghadirkan suasana segar (walaupun wayangannya menjadi lebih banyak hiburannya) tentu bukan hal baru. Ia seolah hanya meneruskan gaya yang sudah dimulai oleh Ki Suparman yang dikenal sebagai dalang yang banyak memasukkan unsur-unsur baru dalam pakelirannya. Termasuk ‘keusilannya’ memadukan wayang gagrak Jogja dan Solo.
Dan, malam ini, semua yang kocak akan digelar di Lapangan Nganjir. Ki Seno Nugroho yang dikenal pintar menghadirkan banyak kejutan di setiap penampilannya, dipastikan akan memberi sesuatu yang tak terduga bagi warga Nganjir dan penonton wayang dari banyak daerah di Kulon Progo. Jadi, ojo lali mengko mbengi nonton Ki Seno Nugroho.(kib)