Wargi Nganjir, ngawontenaken Merti Dusun. Kanti kenduri, meniko salah satunggalipun coro nguri-uri tradisi guyup-rukun, konjuk syukur dumateng Gusti. Prasojo, namung ngemu makno.
Menurut Kepala Dukuh Nganjir, Saifudin, tradisi sederhana ini sudah ada senjak cikal-bakal pendiri Pedukuhan Anjir. Hingga kini, terus lestari disengkuyung poro wargi.
“Tradisi Merti Dusun memang sudah dari nenek-moyang kita. Merti Dusun merupakan tradisi yang perlu dilestarikan, karena sebagai kawulo perlu berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena telah diberi berlimpah rezeki. Dan, rezeki itu kita bagi kepada siapapun yang dipandang membutuhkan,” kata Pak Dukuh di lokasi kenduri, Dusun Nganjir, Hargorejo, Kokap, Kulon Progo, Ahad, 9 September 2018.
Saifudin menambahkan, acara Merti Dusun di Anjir, diawali dengan bersih makam, yaitu Makam Karang dan Makam Pengging. Juga membersihkan sumber mata air yang tidak pernah berhenti sumbernya yakni Mata Air Tuk Mudal.
Selesai bersih-bersi makam dan Tuk Mudal dilanjutkan dhahar kembul. Namun sebelumnya, tambah Saifudin, 12 ingkung yang disajikan dari 10 RT di wilayah Pedukuhan Anjir diarak dari RT masing-masing menuju Mata Air Tuk Mudal.
Dengan berpakaian Jawa komplit, seratusan lebih warga Anjir, mendoakan arwah arwah serta pendiri cikal-bakal Pedukuhan Anjir, Simbah Joyo Lumaksono. Doa, terutama semoga arwahnya di terima Allah.
“Puniko namine merti dusun kang ateges awakipun piyambak kedah resik samudayanipun, kanthi cara caos sodaqoh. Njih kados ing saget diraosaken piyantun kathah punika,” jelas Mbah Reso, sesepuh dan juru kunci Tuk Mudal yang usianya lebih dari 80 tahun ini.
Sebagai rasa syukur dan nguri-uri budaya, merti dusun diakhiripasugatan Wayang Kulit. Wayangan siang dengan dalang Ki Cantung dan malam hari Ki Anom Sucondro. (yad)