Dusun ini, resminya ada di Desa Tawangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Memasuki gapuro dusun, yang segera terasa adalah suasana adem. Masih ijo royo-royo. Pohon kelapa lebat, pisang kapok juga subur. Lurung atau jalan kecil masuk dusun, mulus.
Itu tadi nama resminya. Tapi yang tidak resmi, di kalangan terbatas, di komunitas kami, sebutannya Jombokarta. Sebuah mimpi kecil, menjadikan Dusun Jombokan menjadi karto lan raharjo. Rejo, makmur seperti semua kota yang memakai kata karta: Jakarta, Jogjakarta, Surakarta, Kartanegara, Purwakarta, Meikarta.
Penduduknya guyup. Yang bertani berlimpah berkah, yang pegawai ngabketi karo negari tanpa korupsi. Mereka yang berbisnis juga semakin makmur tidak harus merugikan para konsumennya. Pokoke jian, Jombokan ki, elok tenan. Pantes yen disebut Jombokarta.
Dan, ada lagi yang elok. Masyarakatnya selalu punya cara menghibur dirinya sendiri. Hidup dijalani dengan ayem. Atau, sesekali menertawakan diri sendiri, sekadar untuk melepas lelah setelah repot ndaut, ngarit, nyebar winih, angon sapi, atau bakulan nang Pasar Njombokan.
Salah satu cara menghibur diri yang legedaris adalah, membayangkan bahwa di dusun ini, punya banyak menteri. “Zaman Pak Harto, Jombokan ki okeh sing dadi menteri,” kata Mas Ro, satu di antara tokoh masyarakat yang senang membuat lucu-lucuan.
Memang, semua sekadar lucu-lucuan. Yang dimaksud banyak menterinya itu, tentulah bukan menteri sesungguhnya, melainkan sekadar namanya yang sama. Misalnya saja, ada Bapak Menteri Susilo Sudarman. Di Jombokan juga ada Pakde Susilo dan Pakde Sudarman. Ada asma Pak Menteri Sastro Wardoyo, di dusun ini juga banyak yang memiliki nama mirip yakni Mbah Sastro dan Paklik Wardoyo.
Ada pula nama Pak Murdiono di Jombokan. Tapi profesi aslinya di dusun kecil ini, bukan menteri, melainkan ya rakyat biasa. Juga Pak Hari Sabarno yang pernah jadi Mendagri. Tapi yang paling bikin bangga, nama Bapak Tri Sutrisno juga ada, tapi sudah pasti bukan Wakil Presiden, karena yang ada Mas Tri dan Kang Sutrisno.
Lucu-lucuan itu, hingga kini terus diturunkan dari generasi ke generasi, membuat suasana masyarakat di Dusun Jombokan selalu gayeng. Meriah, penuh dengan keberkahan. Sebab, hidup dijalani tanpa prasangka, saling berbagi, guyup-rukon, bergotong-royong, saling membantu. Spirit Itulah yang membut selalu ada yang lucu di Jombokan.(joy)