Raden Patah-4: Ialah Putra Brawijaya V, Raja Penutup Majapahit

oleh -122 Dilihat
oleh

1475-1518. Lahir di bumi Sriwijaya, dia adalah tokoh penting di balik perkembangan Islam di tanah  Jawa. Sebab, bersama Walisongo, Raden Patah mendirikan Demak, Kerajaan Islam pertama yang memiliki perkembangan amat meyakinkan. Periode emasnya, 1500-1518.

Kini, yang tersisa dari kejayaan Demak ialah Masjid Agung, selain tentu saja sejarah kerajaannya yang penuh haru-biru; konflik antar pangeran, di tengah berebut pengaruh di antara para wali.

Bersama panji Bintoro serta ketangguhan para wali, Islam disemai lalu menyubur di seluruh Nusantara. Tentara Portugis pun, mengakui dominasi Demak yang tak bisa dipandang rendah.

Lantas, siapa Raden Patah itu? Apa yang membuatnya mampu membangun sejarah baru dalam perjalanan peradaban bangsa ini pasca runtuhnya kerajaan-kerajaan lama? Mengapa, bahkan Majapahit yang mendunia pun, dapat dibuat sirna dalam trauma sejarah; sirna ilang kertaning bumi.

Banyak kisah tentang pohon trah Patah. Dan, yang paling banyak dirujuk adalah versi Babad Tanah Jawi. Sebab, versi inilah yang terutama paling dekat dengan orang Jawa, selain terasa lebih Jawa, di banding versi-versi lain.

Orang besar, pendiri Kesultanan Demak ini, memang memiliki garis darah yang tidak biasa. Ialah putra Brawijaya V, raja penutup Majapahit. Ibundanya, seorang putri yang diboyong dari negeri China.

Cinta Brawijaya rupanya terlalu besar untuk permaisurinya yang berasal dari Champa, yang dibakar sujana atas kehadiran putri China nan jelita itu. Ratu Dwarawati, julukan untuk putri Champa, mengehendaki pesaingnya disingkirkan.

Maka begitulah. Raja agung Majapahit itu, merasa tidak memiliki pilihan. Istrinya yang tengah hamil ditundung. Brawijaya memberikannya pada Arya Damar, putra sulungnya yang menjadi Adipati Palembang.

Anak dalam kandungan itulah, yang kemudian dicatat sejarah sebagai Raden Patah. Lalu, mungkinkah sejarah Demak dibangun di atas bara kesumat; akibat luka hati Patah, karena ibunya terusir dari Majapahit, sehingga ia memilih membangun Glagahwangi setelah menghancurkan istana Brawijaya.(bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.