Orang Kulon Progo menyebutnya sebagai jathilan kuno. Pentasnya juga jarang, hanya satu kali setahun. Tapi jathilan Thong Dhil ternyata juga masih digemari penonton.
“Wah ternyata jathilan thong dhil masih banyak penontonnya, njih. Kulo kinten sampun pejah,mboten gesange,” tutur Kandar warga perantauan asli Kulon Progo yang berdomisili di Bekasi.
Kandar merasa bangga ternyata kesenian traditional peninggalan nenek moyang masih bagus dan memikat penonton. Apalagi warga perantauan yang sedang mudik, sangat senang bisa menikmati kesenian jathilan yang menurutnya sangat langka.
Memang jathilan ini hanya bisa ditonton di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebab di daerah lain seperti Jawa Tengah atau Jawa Timur, gaya penyajian dan segala macemnya sudah dikreasi dengan berbagai macam seperti pakaian dan musik.
Sementara itu di Kulon Progo, jathilan Thong Dhil dari jaman dulu ya seperti itu, pakaian lengan panjang hanya warnanya saja, dan memakai kuluk atau topi yang dihiasi dengan pernik-pernik serta bulu ayam. (yad)