Namanya, memang tidak sepopular Ki Ageng Pemanahan, penerima alas Menthaok, yang kemudian menjadi Kerajaan Mataram. Tapi sejarah mencatat, perannya untuk Mataram, tidak kecil, bahkan sejak Pemahanan kerabat sekaligus sahabatnya itu, masih mengabdi di Pajang.
Lihat saja, bagaimana ia yang menjadi sutradara kemenangan Danang Sutowijoyo atas musuh Jaka Tingkir, Arya Penangsang. Perannya sangat sentral, meski bukan dirinya yang berada di medan perang. Peran itu, jauh lebih menentukan, karena Ki Ageng Pemanahan, Ki Panjawi, serta Sutawijaya, tidak memiliki keberanian menghadapi Penangsang. Hanya lewat kecerdikan sosok inilah, putra Pangeran Sekar Seda Lepen itu, berhasil ditumpas.
Peran itu, rupanya telah menentukan arah sejarah raja-raja besar Tanah Jawa. Bayangkan saja, andai tidak ada dirinya, niscaya tidak akan pernah ada Mataram, yang menjadi tonggak penting sejarah kerajaan Nusantara yang hingga kini, masih lestari.
Strategi perang serta kemenangan yang ia racang, membuat Pemanahan dihadiahi Alas Menthaok oleh Sultan Hadiwijaya yang di masa muda berjuluk Jaka Tingkir. Tidak hanya Pemanahan yang mendapat hadiah, sebab, Ki Panjawi juga menerima tanah Pati sebagai kenang-kenangan sang raja.
Menjadi perancang kemenangan, tokoh utama ini, rela sekadar mengikuti Pemanahan membuka hutan Menthaok – hutan keramat yang telah diramal para pinisepuh menggantikan Pajang sebagai kerajaan besar.
Siapa orang besar dengan jasa besar ini? Benar. Dia adalah Ki Ageng Jurumertani ya Ki Ageng Mandaraka yang kemudian menduduki posisi Patih Mataram hingga empat periode raja yang berbeda – sejak Sutawijaya hingga Sultan Agung , raja besar Mataram itu.
Bersama Pemanahan dan Panjawi, Juru Mertani memang tri tunggal, tiga serangkai yang merangkai sejarah. Ketiganya masih dihubungkan oleh tali darah, selain sama-sama menjadi murid Ki Ageng Sela yang masyur sebagai tokoh sakti penangkap petir.
Ada beberapa pendapat tentang asal-usul Juru Mertani. Versi pertama menyebut garis keturunannya dimulai dari Sela. Dia adalah cucu Ki Ageng Sela dari salah seorang putrinya yang menikah dengan Ki Ageng Saba atau Ki Ageng Made Pandan.
Sementara versi lain, yang terasa juga logis menyebutkan bahwa Juru Mertani adalah cucu Ki Ageng Saba. Ayahnya, Ki Ageng Pangkringan atau ada yang menyebut Ki Ageng Pakiringan. Sedang ibunya bernama Rara Janten.
Urutan garis keturunan versi kedua ini, disebut lebih masuk akal, karena tidak mungkin Juru Mertani anak Ki Ageng Saba yang satu generasi dengan Ki Ageng Sela. Sementara ia menjadi murid Sela bersama Pemanahan, yang tak lain adalah cucu Ki Ageng penjinak petir ini. (bersambung)