Akhirnya, permainan Obah Owah yang terinspirasi dari poro among tani di Kabupaten Kulon Progo, memenangkan Festival Olahraga Tradisional di Jambi. Yang ditutup hari ini.
Obah Owah adalah permainan masyarakat Kulon Progo yang mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kejuaraan nasional tersebut. Dan, Obah Owah yang diciptakan Joko Mursito itu, dinyatakan sebagai Penampil Terbaik I.
“Terimakasih kepada saudara-sadaraku sebagai pelaku Obah Owah. Terima kasih juga kepada sedulur-sedulur semuanya atas doanya. Perjuangan kami mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta tidak sia-sia, karena berhasil mendapat predikat penampil I di Festifal Olahraga Tradisional XI di Jambi,” kata Joko Mursito.
Permainan Obah Owah, dinyatakan sebagai penampil terbaik, setelah menyisihkan permainan-permainan tradisional lain dari 20 provinsi yang mengikuti Festifal Olahraga Tradisional XI ini. Prestasi itu tentu, menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kulon Progo.
Obah Owah merupakan permainan olahraga tradisional yang inspirasinya dari petani. Dalam permainan itu, diceritakan, anak-anak petani diminta para orangtuanya untuk menjaga padi yang sudah menguning. Padi-padi menguning memang harus dijaga agar tidak diserang burung maupun hama.
Dan, untuk mengusir kawanan burung, dibuatlah orang-orangan sawah. Di Kulon Progo orang-orangan sawah dikenal sebagai memedi sawah. Memedi sawah inilah yang akan digerak-gerakkan jika ada burung yang menjarah padi.
Lewat keseriusan berlatih serta kekompakan bermain, Oolahraga yang dimainkan oleh 20 orang ini, mampu ungggul dan menyebet penghargaan sebagai Penampil Terbaik I. Sedang penampil terbaik II diberikan kepada kontingen Provinsi Gorontalo, lalu Penampil terbaik III dari Provinsi Bengkulu. (yah)