Berbagai macam gambar muncul, umumnya ditafsirkan sebagai petunjuk datangnya musim yang berkaitan dengan para petani. Gambar-gambar tersebut, seolah menjadi arah yang menentukan petani menanam apa, pada musim selanjutnya.
Tapi tidak jarang, gambar-gambar yang datang, berupa tokoh-tokoh misalnya pewayangan, atau tokoh-tokoh masa silam.
Detik-detik pembukaan cupu adalah detik-detik mendebarkan, karena suasana yang mengalir terasa sangat sacral. Sementara para sesepuh melolosi kain kafan, di arena luar, di tengah kerumuman ribuan orang, berbagai tafsir mengalir, mengiringi munculnya gambar demi gambar di lembaran kain putih yang mulai mengusam itu.
Tafsir itu, memang bisa berbeda-beda, sesuai dengan kepentingan. Para sepuh, termasuk juru kunci utama, tidak member panduan tentang makna gambar yang muncul. Mereka hanya membacakan tanda-tanda yang tercetak di kain putih tersebut. Nah, orang kebanyakanlah, yang kemudian memberikan tafsir.
Jika semula hanya kaum tani yang memanfaatkan sasmita gaib dari gambar kain pembungkus cupu, kini, semua orang yang seperti ingin mendapatkan gambaran hidupnya. Upacara penggantian kain kafan cupu akan semakin menarik minat, apabila suasana politik memanas, menjelang suksesi.
Saat hajatan pemilihan bupati atau pemilihan apa saja, cupu Panjala juga dipercaya memberi sasmita, yang membuat masyarakat mantap menebak siapa yang bakal naik ke tampuk kepemimpinan. (bersambung)