Ini adalah Sekolah Demokrasi Insan Cita. Sebuah program pendidikan dan pelatihan yang memusatkan perhatian pada peningkatan kualitas kepemimpinan perempuan, khususnya alumni Corp HMI Wati. Tujuannya, tentu, agar bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia.
“Kami percayakan Sekolah Demokrasi Insan Cita dikelola Inna Mukoddas, karena kami berkomitmen serta konsisten menjadikan forhati sebagai organisasi perkaderan yang mengemban misi Insan Cita HMI,” kata Koordinator Majelis Nasional Forhati, Hanifah Husein, kemarin.
Lewat program ini, Sekolah Demokrasi Insan Cita ingin menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi bernafaskan Islam yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur. “Insan Cita ingin menjadi Insan berkualitas, intelektual, kreatif dan inovatif, kompetensi, profesional, Islami dan bertanggung jawab di seluruh lapangan kehidupan, baik dunia politik, ekonomi, sosial, birokrasi dan bisnis,” tutur Hanifah.
Forhati, tambah Hanifah, memulai langkah pertama melakukan program Sekolah Demokrasi untuk calon anggota legislatif. Program ini memfasilitasi dan mengkatalisasi anggota Forhati yang akan berkontestasi di ajang pemilihan anggota legislatif. “Jadi, tidak sekadar memenangkan kontestasi dan memenuhi kuota perempuan di lembaga legislatif dan partai politik,” ungkapnya.
Sekolah juga menyiapkan perempuan negarawan serta anggota legislatif yang mampu memainkan peran strategis dan memperjuangkan hak rakyat untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
.Forhati menyelenggarakan program dengan visi menempatkan posisi kaum perempuan sebagai subjek dalam keseluruhan proses penyelenggaraan negara dan pemerintahan. “Sekurang-kurangnya 1 dasawarsa ke depan, anggota Forhati yang berkiprah di DPRD kabupaten, Kota, DPD Provinsi, DPR RI dan DPD RI mampu memainkan fungsi legislasi budgeting dan kontrol yang berdampak langsung terhadap peningkatan kedaulatan dan kemakmuran rakyat,” katanya.
Cara ini, masih menurut Hanifah, alumni HMI Wati dapat memposisikan diri secara jelas di tengah dinamika perubahan zaman, menjadi bagian utama penggerak transformasi demokrasi. Sehingga dunia politik praktis tidak lagi terjebak oleh pragmatisme apalagi terperosok ke dalam politik transaksional.
“Bila itu yang terjadi mengakibatkan semakin jauh jarak rakyat dengan cita-cita kemerdekaan, semakin jauh jarak umat dengan tujuan hidup bahagia di dunia, bahagia di akhirat dan terbebas dari malapetaka,” kata Hanifah.
Selanjutnya, sebagai langkah awal, program tersebut belum sempurna, akan tetapi lebih baik memulai langkah dengan program nyata daripada sibuk membicarakannya.”Kami yakin, program ini dapat disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman yang terus bergerak dinamis. Langkah awal ini untuk menyambung garis panjang perjuangan kaum perempuan Indonesia di masa lalu, hari ini dan masa depan,” katanya.
Hanifah menambahkan, tantangan yang mereka hadapi selalu ada dan harus dihadapi, cobaan selalu ada, namun meski diubah menjadi peluang. “Bila dalam penyelenggaraan banyak kekurangan dan kelemahan, karena saya belum sempurna memimpin dan membimbing seluruh anggota presidium dan pengurus majelis national Forhati,” paparnya.
Sementara itu, Presidium KAHMI Nasional, Viva Yoga Mauladi mengatakan, pengawalan terhadap kader HMI Wati tidak berhenti sampai di sini, tetapi terhadap calon-calon dari HMI berbagai macam Partai Politik. “Saya sangat senang dan mengapresiasi kegiatan Forhati, karena ini merupakan rangkaian cerdas memberikan pembekalan terhadap caleg dari Forhati seluruh partai politik,” tandasnya.
Dirinya sudah membantu teman-teman Forhati untuk pertanian seperti pompa air, penyediaan pupuk, benih, program peternakan. Untuk kehutananan ada kebun bibit rakyat ada peternakan, perikanan dan kelautan, bantuan kapal kepada nelayan kecil 3 sampai 5 JT, bantuan jaring serta bantuan benih ikan,” paparnya. (mid)