Sejarah mencatat, bangsa Indonesia mampu memenangkan perang besar melawan penjajah, mengusir bangsa penjajah yang bercokol di negeri ini berabad-abad. Padahal bangsa penjajah memiliki peralatan perang modern, tentara yang terlatih dan terorganisir secara baik.
Indonesia hanya mengandalkan perang gerilya, peralatan tempur sederhana hasil rampasan perang melawan bangsa penjajah juga. Tapi bangsa Indonesia mampu mengusir bangsa penjajah karena semangat juang yang membara, semangat untuk mampu berdiri di atas kaki sendiri sebagai sesama warga bangsa di dunia.
Keyakinan akan kemampuan membangun bangsa sendiri menjadi modal, termasuk modal untuk mengusir bangsa penjajah. Keyakinan yang sama hendaknya terwariskan kepada generasi muda saat ini yang tengah berada di tengah perang besar yang bernama MEA. Menghadapi pasar bebas ASEAN situasi dan kondisi bangsa Indonesia hampir sama dengan ketika menghadapi perang kemerdekaan. Pasukan perang Indonesia kalah di semua bidang, baik organisasinya, peralatannya dan dukungan logistiknya.
Kekuatan yang menjadi andalan bangsa Indonesia tinggal semangat juang, mental bertempur dan kekuatan pasukan di medan gerilya. Menghadapi MEA bangsa Indonesia memiliki kekuatan besar berupa ideologi untuk menang yang tidak ada di bangsa penjajah. Modal besar ideologi bangsa Indonesia tidak dimiliki bangsa lain, termasuk menghadapi MEA.
Dengan ideologi, banyak bangsa terjajah menang melawan penjajah. Korea selatan menang melawan penjajah dengan ideologi, orang Korea Selatan tidak mau memakai produk selain produk sendiri, padahal produk Korea Selatan jelek tapi tetap saja dipakai. Anak-anak sekarang di sana tetap menggunakan produksi sendiri, itu kemenangan ideologi tidak dengan teknologi karena teknologinya kalah.
Bangsa Indonesia mampu memenangkan perang besar di era MEA, kalau seluruh warga bangsa sepakat hanya menggunakan produk sendiri. Kerja yang ditambahi dengan ideologi lebih cepat daripada kerja berdarah-darah tapi hasilnya tidak maksimal. Kalau tidak dengan ideologi bangsa Indonesia akan kalah, karena dari segi apapun bangsa Indonesia tertinggal. Ketertinggalan itu akan kalah bersaing, namun ketertinggalan itu dapat diatasi dengan keunggulan di bidang lain yakni ideologis.
Pak Joko Widodo ketika masih menjadi Walikota Surakarta mendukung pembuatan mobil SMK. Secara teknologi tidak mungkin, kita akan menang. Siapapun yang bikin mobil tidak akan mampu mengalahkan Jepang karena teknologinya ketinggalan. Kecuali membuat mobil dengan bahan bakar alternatif. Membuat mobil dengan bahan bakar selain bensin dan solar, baru dapat bersaing dengan mobil produksi Jepang. Bener saja proyek mobil SMK tidak jalan, karena kalah rekayasa dan masih banyak lagi cerita kegagalan yang menarik. (bersambung)