Ini dia Sengkuni ya Tri Gantalpati. Sang nenyo mantri pangarso, benteng terakhir para ksatria Kurawa. Tokoh paling sentral, perancang semua kecurangan Astina dalam mengelabumi Pandawa. Ia adalah paman yang sangat berperan dalam kepemimpinan Jokopitono ya Suyudana ya Duryudana.
Kesetiaan Patih Sengkuni mendampingi keponakannya, memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Ialah pengiring terakhir yang binasa, setelah semua tokoh Kurawa ditumpas dalam Baratayuda. Sengkuni mati, sebelum Duryudana yang tinggal seorang diri maju perang.
Kematian Sengkuni adalah tragedi paling memilukan, karena ia harus mengunduh semua perbuatannya. Tubuh disayat sampai tinggal daging yang terlihat. Bimasena, mengulitinya tanpa ampun.
Tapi tunggu dulu. Kesaktian Sengkuni, tentu saja tidak ada yang menandingi. Khasiat lenga tala atau minyak kekebalan tubuh, membuatnya tak mampu dilukai. Beruntung, Kiai Semar paham pengapesannya.
Tapi sebelum Sengkuni mati, ia masih mampu membuat bosah-baseh pasukan Pandawa. Sengkuni, bahkan datang membawa mapelataka, di saat sedang putus asa. Secara tidak sadar ia mampu mendatangkan hujan batu, hanya dengan membanting ikat kepalanya tanda kesal dan tak berdaya.
Ikat kepala itu memiliki kesaktian yang selama ini tidak pernah ia ketahui. Ikat kepala pemberian Begawan Abiayasa sewaktu ia masih muda bernama Tri Gantalpati. “Kalau tahu ikat kepala ini sakti, dari dulu aku sudah menjadi raja Astina, bukan Jakapitana yang penakut,” katanya, tertawa pada diri sendiri.
Sengkuni jumawa. Ia kembali maju perang. Dan, dalam seketika, prajurit Pandawa bosah-baseh, kocar-kacir, tunggang-langgang. Semua mencari selamat, sementara yang gagal berlari, hancur tertimpa hujan batu. Melihat itu, Sengkuni semakin kegirangan. Tertawa seorang diri karena memang tinggal dirinya yang tersisa dari Bala Kurawa.
Begitulah. Kejadian mengerikan terus berlangsung sampai akhirnya Sri Kresna, botoh Pandawa yang sakti itu, memanggil Janaka untuk membuat hujan. Dengan kesaktiannya, Arjuna mampu memanggil hujan deras, mengalahkan hujan batu. Hujan ini, sebenarnya bukan untuk mengalahkan hujan batu buatan Sengkuni, melainkan agar ikat kepalanya basah.
Kresna paham dan segera mengetahui cara membuat ikat kepala Sengkuni tak berdaya. Ia mendatangkan hujan beneran sehingga membuat ikat kepala itu basah. Lalu, dalam seketika Kresna kembali mendatangkan panas, yang membuat Sengkuni langsung menjemur ikat kepalanya.
Kepada Petruk dan Bagong, Kresna memerintah untuk mengambil ikat kepala Sengkuni. Sudah begitu saja. Karena setelah itu, ia dihadang Bima dan adu tanding. Dan, akhir Sang Sengkuni, mati dalam tragika.(*)